....aku ingin menjengukmu di sana;

tetapi hanya sesaat saja kita bercengkrama

dengan letusan jantung kita masing-masing

lalu melahirkan anakanak puisi di atas tanah kerontang...

Selasa, 17 Agustus 2010

"Bunda" musikalisasi puisi Kompi SULTRA




Sebuah pementasan musikalisasi puisi oleh Komunitas Musikalisasi Puisi Indonesia [KOMPI] Sulawesi Tenggara, pada konser perdananya di Auditorium RRI Kendari.

"Dikhianati Desember" Musikalisasi Puisi | KOMPI SULTRA






Komunitas Musikalisasi Puisi Indonesia [KOMPI] - Prov.Sulawesi Tenggara
mengisi acara di prog.siar "PERMADANI" Kendari TV pada beberapa waktu
lalu di Pendopo Taman Budaya Prov.Sultra.


"Dikhianati Desember"
Puisi : Syaifuddin Gani
Lagu: Mursyida Nur Fadhillah
Arr : Kompi Sultra (Arief Relano, Jeri, Dasril, Ikbal, Selvie, Fanny)



Sabtu, 14 Agustus 2010

photographic iwan konawe



Lemobajo | Konawe Utara






Pantai Bandaeha | Kec. Molawe - Konawe Utara






"Kalosara"
[prosesi pernikahan suku tolaki]





Bandaeha | Kec. Molawe - Konawe Utara




Rabu, 11 Agustus 2010

photographic iwan comcom

"KENDARI BEACH" | teluk kendari




Restoran Terapung, terletak di pesisir kota kendari ini,
merupakan salah satu tempat yang asyik
untuk menikmati panorama teluk Kendari.




Senja di Teluk Kendari


Teluk Kendari




Kendari Beach







Selasa, 10 Agustus 2010

selamat menunaikan ibadah puasa



"hatur maaf yang sedalamnya kepada saudara2 sekalian pengunjung blog ini
jika ada salah  kata maupun hal2 yang kurang berkenan di hati dalam penyajian blog ini".

salam....

Senin, 09 Agustus 2010

Sajak IWANKONAWE - MAJALAH GONG | Yogyakarta





SMS Kedua Ratus Tujuh
:Syaifuddin Gani

‘lekas kemari
kamis atau jumat pagi
kau mesti di kendari
kita akan mengganti bulan
dengan malam bulan puisi”
begitu berburu kau menyapaku
lewat pesan masuk telepon genggamku
:pada suatu magrib
tanpa bulan temaram
hanya kegelapan
kesepian,
berjarak puluhan kilometer kerinduan
Uepai, Ujung September 2004




SMS Keseratus
Sembilan Puluh Lima
: Adel
pada suatu pagi yang ungu:
“kak… kamu di mana sekarang?
maaf ya…aku tak kuasa ke kendari.
aku harus pergi jauh,
meski aku rindu
pada kalian semua”.
kau kirimi aku kidung alam
tegar seperti nyala bara
:adakah aku berhadapan
dengan geram peperangan,
yang menang akan abadi
yang kalah tak kembali?
berdiri kemudian aku di muka pintu kayu
lusuh bagai waktu itu
melukiskan masa lampau:
“di ubun-ubunku
urat syaraf tengah berperang melawan radang otak”
bagitu kau bilang
sembari bersila di depanku.
ketakutan, kegelisahanmu
menggambar maut
kutangkap dari senja kaca jendela.
Uepai, Ujung September 2004



















Silea
di tanah pinus pegunungan silea
reranting kering berguguran
merepih kabut
memapah pagi yang berpekat.
tepi gunung menebar wangi sejuk kemesraan
tepi jurang menebar indah getir kematian
menuliskan rinduku bergalau
sepanjang jalan berlika-liku debu.
Kolaka, Agustus 2004



Ritus Mosehe
dari muasal tanah konawe:
“tembikar pandan
melilit erat tiga simpul rotan
berlingkaran di antara pinang dan dedaunan siri
beralas tetoron putih sebagai kesucian.”
perlahan pabitara menyentuh sukma
tembangkan makna peribahasa:
“ni ino saramami”
bukan mantra basa basi
hanya petuah temurun
yang masih utuh walau guntur mengemuruh beruntun
sepejam mata
taawu dihunuskan:
kerbau putih sebagai simbol tumbal
darahnya bercecer mengusir sesal
ia lemas telah mengusir tikai
yang tak padam
Konawe, 2004
taawu : pedang panjang khas adat suku Tolaki



Ritus Molulo
bumi merubah nasib:
pesta kawin, panen, dan kematian
tiba-tiba menjemput
bumi dijajal:
kedua telapak kaki menari
jemari adam erat menganyam jemari hawa
luluh lantakkan tanah
pada pusar lingkar kekerabatan
bumi bersaksi:
demi cucu merukun
tiga bunyi karandu
dititipkan tono motuo
demi kami
Inggomiu
Konawe, 2004















Kembali Ia akan Memintal Waktu
:TS
telah ia sepuh segala:
suka serta duka
cita serta cinta
di gedung besar sana
sebulan, ia kenang lampau yang meriak:
“sembari pamit kepada malam yang pahit berarak
kuteteskan pula setetes bening di kelopak
bukan karena bara dada telah menetak
tapi kesabaran mesti kudendangkan kendati telah retak”.
pada lantai ubin
ia dilahirkan
pada bilik beton
ia dibesarkan
pada gedung tegar
segala kebersamaan ia tebar.
hanya sesaat saja asa berhembus
hengkang ke belantara luas
ketika tiba memanggil waktu
kembali ia akan memintal waktu.
Makassar, 2004

Suatu Malam
suatu malam
saat lorong rumahmu mulai kelam
kupacu jarak menembus rindu yang pupus
kuhalau kabut malam yang menutup
jarak perpisahan
Kendari, 2003




Kita Putar Waktu ke Belakang
:Didit Marshel
di atas sperei ranjang
bergambar bunga-bunga
juga ada reranting juntai memanjang
:kita putar waktu ke belakang
mengingat masa lalu telah menjadi benang
kusut berurai dan terlentang
tanpa sadar kita menyaksikan bisu langit-langit
tanpa sadar kita toreh dinding dengan derai bait-bait
tetapi,
tanpa sadar mulut kita berlumut
tepat, seperti kemarin cicak mendecak
hasil keringat kita.
meski pengorbanan adalah perjuangan
kesabaran jadi penuntun,
ke jantung telah kita pantunkan
ketegaran jiwa Kapita Anamolepo
:kita benam saja segala dendam
ataukah mestinya
kita susuri kembali perkampungan laanggambo
meski penuh ombak debu
repihan perenungan lalu
tetap ia sepuh.
Uepai, 2004
laanggambo : tempat penambangan pasir di daerah Uepai



Kukubur Senja yang Perih
:Fitri & Annisa
mobil senja mengantarku menyusuri kendari
melayari perbukitan pohonan pinus silea
meliuk-liuk di aspal yang bersilauan
mengubur senja perih di tanah sorume
tak gentar kulayari tanah merah
sepekan lamanya
melarung memberi makna puisi
seluruh ke penjuru sukmamu
tapi, mesti kutautkan perpisahan itu:
mengubur nista-nista itu.
Kolaka, 2004



Kata Perpisahan V
:Para Pembuat Bom
selamat malam anjing malam
berikan kami lolonganmu
sebagai jerit penolong untuk kami
memasuki mimpi yang bergalau
akan kuberi jeritan yang lain
lebih perih, lebih menyayat:
dari bagian tubuh kami yang terbuang.
Uepai, 2004

Minggu, 08 Agustus 2010

Rumah Lebah 02 - Iwan Konawe







mencari rumah
dalam peta zaman

iwankonawe

I/
jalanan berkerikil yang mengarah ke rumah
tidak lagi kutemukan pada peta yang berdebu
warna-warni di dalam peta
telah kelabu
dari pergantian pembangunan baru

II/
kupacui jarak peta kembara
menembus puluhan kilometer kota-kota rumah toko
merasuki ratusan nama-nama jalan
menjejali setiap lorong yang ditunjukkan mata angin
mencari perladangan penduduk
yang konon mau menampung pengembara waktu
seapa adanya dengan perjamuan-perjamuan ikhlas

(dan tak ingin kusia-siakan bara yang memerah di dada
meski ia menyisah abuk)

perempuanku
belum kutemukan pula rumah tenteram
seperti kau ceritakan dalam igaumu
semalam
juga malam tempo lalu

III/
debu
kawani aku
berlagu melayari waktu
meski telah tiba sendu

debu
kemari
denganku
kita mencari
yang mengantar kau ke tubuh ini
yang mengantar aku ke negeri buta ini


kendari, 2007